Prestasi olah raga menurut Sukadiyanto (Setyobroto, 2002) merupakan aktualisasi dari akumulasi hasil proses latihan yang ditampilkan atlet sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Untuk berprestasi, atlet dibantu seorang pelatih. Menurut Sukadiyanto (Setyobroto, 2002), pelatih adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang profesional untuk membantu mengungkapkan prestasi atlet menjadi kemampuan yang nyata secara optimal dalam waktu yang relatif singkat.
Agar dapat berprestasi seseorang harus melalui suatu proses latihan
yang berlangsung selama bertahun-tahun dan mengeluarkan banyak
pengorbanan baik tenaga, biaya dan waktu.
Menurut Leonard (Setyobroto, 2002), jika tidak memahami makna dari olah raga yang dilakukannya, maka seorang atlet akan mengalami ketidakseimbangan tubuh dan jiwa. Prestasi yang dicapainya akan menjadi tidak menentu, walaupun suatu saat akan mencapai hasil yang baik. Atlet akan mudah mengalami kemerosotan prestasi dan lebih parah lagi apabila kondisi fisik dan mentalnya mengalami kemrosotan yang lebih tajam. Kesulitan pembinaan prestasi dari faktor atlet biasanya terjadi pada segi fisik antara lain keterampilan, kesehatan (kebugaran jasmani), sedangkan dari segi mental antara lain kedispilinan, motivasi, kreativitas serta kepercayaan diri atlet.
Data mengenai prestasi Tae Kwon Do para atlet yang ditunjukkan dengan perolehan dalam kejuaran-kejuaran tertentu amat sulit dibandingkan, karena selain mutu kejuaraan itu berbedabeda (juara tingkat daerah, nasional, PON, dan internasional), juga tahun terjadinya kejuaran-kejuaraan itu berbeda-beda pula, hingga sulit sekali untuk diadakan pembobotan guna dapat membandingkan prestasi atlet yang satu dengan yang lain. Secara teori, satu-satunya cara untuk dapat membandingkan prestasi para atlet itu hanyalah dengan jalan mengadakan pertandingan serempak antar masing-masing individu itu, dan hal ini memakan waktu dan biaya yang tidak terjangkau oleh penelitian ini.
Untuk mengatasi kesulitan pengukuran prestasi atlet Tae Kwon Do tersebut di atas, penelitian ini menggunakan peringkat masing-masing atlet sebagai pencerminan variabel prestasi karena peringkat mencerminkan tingkatan mutu permainannya. Penentuan peringkat masing-masing atlet ini dilihat dari pencapaian prestasi tertinggi atlet itu sendiri, dalam hal ini peringkat kesatu,kedua, dan ketiga.
Menurut Crow & Crow (1973), proses meraih prestasi dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga
faktor tersebut adalah :
Berkaitan dengan aspek-aspek kepercayaan diri, Kumara (1987) menyatakan bahwa ada empat aspek kepercayaan diri, yaitu :
a. Kemampuan menghadapi masalah
b. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya
c. Kemampuan dalam bergaul
d. Kemampuan menerima kritik
Kepercayaan diri akan memberikan suatu dampak kepada diri individu. Hal ini dijelaskan oleh Weinberg dan Gould (Setiadarma, 2000) bahwa rasa percaya diri memberikan dampakdampak positif pada hal-hal berikut ini :
Kurang percaya diri tidak akan menunjang tercapainya prestasi yang tinggi. Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuan diri sendiri, dan ini jelas merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu menghadapi pertandingan melawan pemain yang seimbang kekuatannya, sehingga ketegangan pada waktu bertanding tersebut merupakan bibit kekalahan.
Menurut Leonard (Setyobroto, 2002), jika tidak memahami makna dari olah raga yang dilakukannya, maka seorang atlet akan mengalami ketidakseimbangan tubuh dan jiwa. Prestasi yang dicapainya akan menjadi tidak menentu, walaupun suatu saat akan mencapai hasil yang baik. Atlet akan mudah mengalami kemerosotan prestasi dan lebih parah lagi apabila kondisi fisik dan mentalnya mengalami kemrosotan yang lebih tajam. Kesulitan pembinaan prestasi dari faktor atlet biasanya terjadi pada segi fisik antara lain keterampilan, kesehatan (kebugaran jasmani), sedangkan dari segi mental antara lain kedispilinan, motivasi, kreativitas serta kepercayaan diri atlet.
Data mengenai prestasi Tae Kwon Do para atlet yang ditunjukkan dengan perolehan dalam kejuaran-kejuaran tertentu amat sulit dibandingkan, karena selain mutu kejuaraan itu berbedabeda (juara tingkat daerah, nasional, PON, dan internasional), juga tahun terjadinya kejuaran-kejuaraan itu berbeda-beda pula, hingga sulit sekali untuk diadakan pembobotan guna dapat membandingkan prestasi atlet yang satu dengan yang lain. Secara teori, satu-satunya cara untuk dapat membandingkan prestasi para atlet itu hanyalah dengan jalan mengadakan pertandingan serempak antar masing-masing individu itu, dan hal ini memakan waktu dan biaya yang tidak terjangkau oleh penelitian ini.
Untuk mengatasi kesulitan pengukuran prestasi atlet Tae Kwon Do tersebut di atas, penelitian ini menggunakan peringkat masing-masing atlet sebagai pencerminan variabel prestasi karena peringkat mencerminkan tingkatan mutu permainannya. Penentuan peringkat masing-masing atlet ini dilihat dari pencapaian prestasi tertinggi atlet itu sendiri, dalam hal ini peringkat kesatu,kedua, dan ketiga.
Menurut Crow & Crow (1973), proses meraih prestasi dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga
faktor tersebut adalah :
- Faktor aktivitas, yaitu faktor yang memberikan dorongan kepada individu untuk belajar, faktor ini merupakan faktor psikologik. Kepercayaan diri merupakan faktor aktivitas.
- Faktor organisme, yaitu faktor yaitu faktor yang berhubungan dengan fungsi alat-alat indra individu yang kepekaannya ikut menentukan respon individu dalam belajar.
- Faktor lingkungan, yaitu faktor yang secara psikologis mempengaruhi proses secara keseluruhan.
Berkaitan dengan aspek-aspek kepercayaan diri, Kumara (1987) menyatakan bahwa ada empat aspek kepercayaan diri, yaitu :
a. Kemampuan menghadapi masalah
b. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya
c. Kemampuan dalam bergaul
d. Kemampuan menerima kritik
Kepercayaan diri akan memberikan suatu dampak kepada diri individu. Hal ini dijelaskan oleh Weinberg dan Gould (Setiadarma, 2000) bahwa rasa percaya diri memberikan dampakdampak positif pada hal-hal berikut ini :
- Emosi, individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mudah mengendalikan dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan.
- Konsentrasi, seorang individu akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada hal tertentu tanpa rasa terlalu khawatir.
- Sasaran, individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menantang, karenanya ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya labih baik.
- Usaha, individu tidak mudah patah semangat atau frustrasi dalam berupaya meraih citacitanya dan cenderung tetap berusaha kuat secara optimal sampai usahanya berhasil.
- Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil usahanya.
- Momentum, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat, terus berusaha, mengembangkan dan membuka peluang bagi dirinya.
Kurang percaya diri tidak akan menunjang tercapainya prestasi yang tinggi. Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuan diri sendiri, dan ini jelas merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu menghadapi pertandingan melawan pemain yang seimbang kekuatannya, sehingga ketegangan pada waktu bertanding tersebut merupakan bibit kekalahan.