Sebanyak 20 IR Indonesia bersama dengan negara-negara anggota WTF telah mengikuti International Referee & Refresher Course (IRRC) yang digelar di GyeongJu Korea pada bulan Juli 2014 lalu. Tepatnya, pelaksanaan IRRC utk Poomsae dilaksanakan dari tanggal 3-6 Juli 2014 sedangkan Kyorugi dilaksanakan dari tanggal 7-10 Juli 2014.
Ke 20 orang peserta asal Indonesia
tersebut terdiri dari dua kelompok,
yaitu IRRC kategori Poomsae yang diikuti oleh 12 orang yaitu Tb Indramulia,
Acen Tanuwijaya, Handrianto, Syamsul Bahri, Bernhard N. Lumowa, Mulyadi Jansen, Iman, Rizky, Benni Handoyo, Ina Febriana, Joni Fernando, dan pelatih nasional poomsae Indonesia asal Korea Mr.Shin Seung Jung.
yaitu IRRC kategori Poomsae yang diikuti oleh 12 orang yaitu Tb Indramulia,
Acen Tanuwijaya, Handrianto, Syamsul Bahri, Bernhard N. Lumowa, Mulyadi Jansen, Iman, Rizky, Benni Handoyo, Ina Febriana, Joni Fernando, dan pelatih nasional poomsae Indonesia asal Korea Mr.Shin Seung Jung.
Sementara IRRC untuk kategori Kyorugi
diikuti sebanyak delapan orang yaitu, Herman Andikara, Rafael, Eko
Kinaryanto, Irma jamal, Tjin Kin Tjaw, Ferdiansyah, Fahrul, dan Nurjanah
(ana).
Menurut salah satu peserta, yang juga
ketua Pengprov TI Sumbar Handrianto mengatakan, kegiatan IR Seminar
tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penyegaran sekaligus meningkatkan
wawasan para wasit internasional, disamping tentu menurutnya kegiatan
tersebut dilakukan dalam rangka upaya WTF mensosialisasikan beberapa
aturan baru dan teknik dalam penilaian pertandingan. Handrianto yang
merupakan peserta IR-Poomsae menambahkan, ada beberapa teknik yang perlu
mendapat pemahaman bagi para wasit nasional terutama untuk kategori
penilaian free style.
“Ada beberapa fokus penyempurnaan teknik, seperti jumping technique dan acrobatic yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman penilaian bagi para wasit, karena menyangkut tingkat kesulitannya seperti back handspring, salto dan sebagainya” Ujar Handrianto.
Begitu pula untuk kategori Kyorugi.
Menurut salah satu peserta, yang juga merupakan wasit nasional TI
Ferdiasyah, kegiatan IRRC ini juga terkait dengan adanya beberapa aturan
baru WTF mengenai pertandingan. Jadi program sosialisasi dari PBTI
sebagai bentuk tanggung jawab peserta IRRC memang sangat urgen
untuk diaplikasikan. Hal ini menurutnya penting karena berbagai aturan
baru tersebut berimplikasi bagi kualitas atau mutu wasit dalam memimpin
suatu kejuaraan taekwondo yang digelar di Indonesia umumnya, dan
khususnya bagi para wasit nasional yang telah memiliki sertifikasi dan
standard internasional yang akan bertugas di kejuaraan-kejuaraan
internasional.
Diklat dan Penyegaran Wasit Nasional
Setelah hasil dari kegiatan ini,
mereka-mereka yang telah mengikuti kegiatan IRRC, PBTI
menindaklanjutinya dalam bentuk Diklat yang diperuntukkan bagi wasit
nasional. Sehingga dengan demikian, berbagai aturan yang telah
ditetapkan WTF itu akan sepenuhnya dapat dipahami oleh seluruh wasit
nasional yang akan bertugas.
Terkait dengan apa yang telah
dilaksanakan dalam kegiatan IRRC di Korea itulah, pada tanggal 23-31
Agustus 2014, Pengcab TI Kota Bogor menyelenggarakan Diklat dan
penyegaran wasit nasional yang berlangsung di Ruang Serbaguna Gedung
KONI Kota Bogor.
Diklat yang diikuti oleh 140 peserta
se-Indonesia itu, diharapkan dapat bermanfaat bagi para wasit nasional
Indonesia dalam memimpin setiap jalannya pertandingan/
kejuaraan-kejuaraan taekwondo dengan baik. Utamanya adalah memperdalam
pengetahuan yang diperoleh.
Karena dengan makin maju dan berkembangnya teknik olahraga taekwondo, tentunya harus diimbangi pula dengan adanya kesamaan persepsi dan pandangan bagi para pengadil di lapangan dalam menentukan penilaiannya terhadap jalannya suatu pertandingan sesuai dengan rule yang telah ditetapkan WTF.
Seperti diketahui, dalam kesempatan
diklat dan penyegaran wasit nasional ini, ada tiga materi yang diberikan
kepada seluruh peserta. Selain penyegaran peraturan pertandingan bagi
wasit dan penguji, juga ada Ujian Kenaikan Tingkat sabuk hitam untuk
peserta diklat.Karena dengan makin maju dan berkembangnya teknik olahraga taekwondo, tentunya harus diimbangi pula dengan adanya kesamaan persepsi dan pandangan bagi para pengadil di lapangan dalam menentukan penilaiannya terhadap jalannya suatu pertandingan sesuai dengan rule yang telah ditetapkan WTF.